Deskripsi:Keberadaan pondok pesantren Nurul Haramain, tidak bisa dipisahkan dengan sejarah perjalanan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Narmada sebagai Induknya. Adalah pada tahun lima puluhan, masyrakat Narmada bermaksud mengadakan perubahan dalam kehidupan mereka, terutama dalam bidang kehidupan beragama. Ketika itu mereka memang sudah mengenal dan mengamalkan ajaran agama, akan tetapi masih banyak kekurangan dan kelemahan.
Apa yang mereka lakukan dan amalkan atas nama agama, ternyata banyak yang bukan merupakan ajaran agama. Tidak sedikit dari yang mereka yakini ataupun amalkan adalah paham leluhur dan animisme yang mereka anggap sebagai ajaran agama. sehingga, dalam kehidupan beragama mereka banyak melakukan penyimpangan dari ajaran agama yang benar, salah satu contoh dari penyimpangan mereka adalah ‘watu telu’ (shalat 3 waktu) Berangkat dari itu, masyarakat narmada dibawah pimpinan Lalu Alwi (Alm) yang waktu itu menjabat sebagai Camat Narmada bersepakat untuk memperbaiki keadaan dan mereka menyadari betapa penting serta berhajatnya masyarakat narmada akan adanya sebuah lembaga yang dapat dimanfaatkan untuk meluruskan pemahaman serta pengamalan agama mereka.
Akhirnya, merekapun mufakat dan dalam mufakat itu mereka sepakat bulat untuk mendirikan sebuah lembaga dengan Nama ‘Djamaah Islam Narmada (DIN). setelah DIN terbentuk, timbul persoalan yakni masalah pengajar dan pendidik yang akan mengelola dan menjalankan DIN sesuai misinya. Merekapun musyawarah kembali dan mereka sepakat pula untuk meminta bantuan tenaga pendidik kepada Al Maghfuru lahu Bapak Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid, pendiri pondok Pesantren Darun Nahdlatain NW Pancor yang waktu itu masih bernama MNWDI dan terkenal dengan nama NWDI Pancor. Bapak Maulana yang waktu akrab dipanggil dengan Tuan Guru Pancor merespon dengan positif permintaan mereka dan beliaupun memenuhinya. Dengan mengirim dua orang guru muda, yaitu dua orang guru muda, Muhammad Ustadz Djuaini Mukhtar dan Al ustadz ma’ad bin H. Adnan asal Mamben Lotim. berbekal perintah dari guru besarnya kedua guru itupun berangkat meninggalkan pancor menuju narmada. dan untuk menjalankan misi DIN maka pada tanggal 18 Agustus 1951 keduanya membentuk lembaga pendidikan tingkat Ibtida’iyah dengan nama Nurul Huda Nahdlatul Wathan.
Kelahiran Nurul Huda disambut luas dan direspon positif oleh masyarakat sehingga murid yang masuk belajarpun cukup banyak dan bukan saja dari wilayah kecamatan narmada, akan tetapi juga datang dari Seganteng kecamatan Cakra Negara dan bahkan dari luar Kabupaten Lombok Barat seperti Sintung kecamatan perempuaninggarata mertak, paok dan tanak beak kecamatan batu keliang Loteng.
Seiring dengan perjalanan waktu dan sunah kehidupan yang selalu mengalami perubahan, maka sesudah berjalan bebearapa waktu dan beberapa kali menamatkan siswa, madrasah Nurul Huda pada tahun 1963 dirubah menjadi PGA NW 4 tahun (PGAP) dan pada tahun 1968 ditingkatkan menjadi PGA NW 6 tahun(PGAA) . Seperti halnya Nurul Huda kelahiran PGA NW pun disambut hangat masyarakat. sehingga siswa/siswinya cukup banyak dan terus berkembang mengalami peningkatan. Akan tetapi sesuai peraturan pemerintah yang membatasi jumlah PGA dan dilombok ini hanya boleh satu PGA yakni PGA Negeri mataram, maka pada tahun 1977 PGA NW Narmada diubah menjadi madrasah Tsanawiyah NW dan Aliyah NW.
Alhamdulillah, sampai saat ini MTs dan MA NW Narmada masih terus berjalan mengemban misinya dengan baik. dan karena keadaan dan kebutuhan perluasan lokasi akibat dari makin banyaknya siswa siswi dan tidak mungkin di satu komplek, maka dikembangkanlah MTs dan MA NW menjadi MTs dan MA NW Putera dan Putri. Kemudaian dengan maksud maningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan MTs dan MA NW baik lahir dan bathin, maka pada tahun 1991 pengurus Yayasan Pondok Pesantren NW Narmada yang manjadi Payungnya membentuk lembaga husus pondok pesantren dengan nama Nurul Haramain.
Lembaga pondok ini bertanggung jawab menjalankan Pendidikan Formal dan non Formal dengan sistem Asrama dan sesuai dengan keadaan pula. Pondok Pesantren Nurul Haramain pun dibentuk menjadi dua pula yakni Nurul Haramain Putra dan Putri, yang sekarang lebih dikenal dengan eNHa Pa dan eNHa Pi.
ConversionConversion EmoticonEmoticon